Wednesday, April 25, 2007

Curious Community untuk memicu virus informasi...huh?

Satu lagi nih, hasil ngemeng2 sama teman.

Suatu hari seorang kawan menonton Telaah episode IPDN. Komentarnya melalui sms adalah “tayangan seperti ini bisa menimbulkan ‘curious community’ dan memicu timbulnya virus informasi.”. Waduh apa artinya ini. Besoknya saya ketemu dengan kawan ini. Dia menjelaskan, yang namanya ‘curious community’ itu adalah orang-orang yang kemudian mengikuti perkembangan kasus dan menjadi ‘addict’ terhadap program. Forum diskusi pun muncul sehingga muncul fakta, opini atau data-data baru – perlahan-lahan informasi yang ada berkembang biak – seperti halnya…virus! Saya balik tanya, “tapi informasi yang berkembang itu bisa jadi ‘noise’ gak belakangan?”. Yah itu tergantung noise di mana (alias komunitas mana). Tapi intinya, akan muncul orang-orang yang mendiskusikan tayangan telaah dan ingin pembahasan lanjutan soal kasus tertentu. Jadi kasus IPDN misalnya, karena muncul diskusi setelah tayangan telaah tentunya ada keinginan untuk mengetahui lebih jauh perkembangan kasus itu. Sementara yang sering terjadi di FTA, hanya sekali tayang dan sesudah itu selesai sehingga perlahan diskusi itu pun mati. Kalo di-budi dayakan (kan terminology-nya virus yah), hasilnya adalah ‘loyal followers’ dari program. Sehingga saat merujuk ke kasus tertentu, pemirsa setia hanya merujuk ke tayangan telaah misalnya dan mengabaikan tayangan lainnya. Belum lagi pemirsa Astro yang karakteristik-nya kritis (kalo berdasarkan riset ‘Responsible Father” dan ‘Happy Fun Loving’).

Selain itu, kantor pemberitaan bisa menggunakan ‘feedback’ dari pemirsa untuk ide story lanjutannya atau bahkan data baru. Seperti misalnya, saya punya saudara yang anaknya sekolah di IPDN dan ternyata…bla-bla-bla.

Bagaimana mem’budi-daya’kan virus ini? Menurut dia:

- harus ada episode follow up dari kasus tertentu, seperti ipdn misalnya, atau Lumpur lapindo.
- Perlu ada komunitas pemirsa telaah, misalnya mailing list atau email fan club program. Contoh yang bagus mungkin WEB GAUL FORUM (punya indosiar) yang bicara soal penyiar berita kesayangan, share info terbaru mereka, dll.

Tapi terus kata kawan Edwin (yang ternyata diajak ketemuan juga…hehehe) yang sulit mungkin maintain mail list atau email dari pemirsa. Tentunya saat pemirsa mengirim email ada keinginan untuk dibalas khan. Email redaksi di RCTI tidak berjalan karena jarang ada yang rajin menjawab komentar/kritik/komentar pemirsa.

Kurang lebih begitulah hasil perbincangan kami di Krispy Kreme (yummmm) di Setia Budi Building.

Bhayu Sugarda

PS: Kawan ini mengusulkan kita baca ‘Mediating the Message” karya Pamela J. Shoemaker & Stephen D. Reese soal analisa konten berita. Ada yang punya?

No comments: