Tuesday, January 25, 2011

THE ESSENCE OF VIDEO ON DEMAND

'Video on demand' pada dasarnya adalah menyaksikan video yang diminati atau 'on demand'. Teknologi untuk layanan VoD – Video on Demand sebenarnya telah tersedia sejak lama dengan adanya layanan Youtube misalnya.yang termasuk layanan VoD tertua sejauh ini. Tapi konten yang sifatnya diminati belum bisa disediakan Youtube. Beberapa faktor penyebabnya adalah sulitnya akses mendapatkan konten video yang diminati, seperti misalnya film box office, dan keterbatasan teknologinya waktu itu terkait buffering time misalnya. Namun, belakangan ini konten VoD mulai mengejar ketinggalannya melalui layanan seperti Tivo, Netflix, Amazon on Demand and Apple TV karena mereka menawarkan layanan VoD berikut konten video yang memang 'on demand'.

Dengan demikian akan sangat salah jika memberikan konten video yang sifatnya tidak diminati atau dicari alias 'on demand' dalam sebuah paket layanan VoD. First Media memiliki teknologi untuk memberikan layanan Vod yang baik melalui jaringan internet pita besarnya (broadband). Sehingga memungkinkan penikmat VoD untuk menyaksikan video yang sifatnya 'on demand' atau premium melalui layar monitor komputer mereka. Teknologi yang tersedia saat ini bahkan memungkinkan konten VoD dinikmati melalui televisi multimedia misalnya. Sejauh ini yang sudah menyediakan televisi jenis ini adalah LG dan Panasonic. Sayang, saat ini kemampuan orang untuk membeli televisi multimedia yang pada umumnya juga memiliki spesifikasi HD masih terbatas.

Wimax di lain pihak memberikan layanan yang berbeda karena memungkinkan penonton menyaksikan konten video dalam perjalanan. Alat yang dipakai untuk menyaksikan video secara 'mobile' antara lain adalah smart phone dan atau media tablet seperti Ipad, samsung galaxy atau Archos. Media tablet lebih 'user friendly' karena ukuran layarnya sehingga memungkinkan untuk menyaksikan video film box office yang berdurasi satu setengah hingga dua jam tanpa menyebabkan kelelahan pada mata. Sedangkan smart phone memiliki ukuran layar video yang tidak layak digunakan menonton video terlalu lama. Sehingga sebaiknya VoD yang ditawarkan untuk layanan mobile devices memiliki durasi yang pendek. Salah satu praktisi mobile content dalam sebuah diskusi di jaringan professional linkedin.com bahkan berani menyimpulkan bahwa video yang dinikmati di mobile devices adalah video untuk mengusir kebosanan dan kesendirian.

Tapi sekali lagi VoD secara mendasar haruslah berisi konten yang sifatnya premium, berapa pun durasinya. Tentunya konten video yang sifatnya premium akan mengeluarkan biaya produksi mahal. Karena itu dalam pembuatannya harus menjadi bahan pertimbangan bahwa video juga dibuat untuk tayangan setengah hingga satu jam di layar televisi sesungguhnya – khususnya televisi berbayar. Mengapa harus televisi berbayar? Sebab captive viewers-nya dari kalangan yang sama – menengah ke atas – sehingga kebutuhan informasinya tidak jauh berbeda.

Lalu informasi atau konten seperti apa yang dibutuhkan pelanggan televisi berbayar? Bagaimana kita bisa unggul dari penyelia konten televisi berbayar lainnya?

--- CONTENT maybe the king...among elements that make up for media

--- But among competing contents ARCHIVE is the king

Frase pertama adalah 'mantra' yang diusung desainer web di masa pra dot.com. Dalam beberapa hal frase itu masih berlaku saat ini. Tapi di antara para penyelia konten...semakin 'lengkap' sebuah konten maka semakin unggul dia dari penyelia konten lainnya. Ini bisa dilihat dari review tentang Apple TV misalnya di sejumlah referensi majalah/website teknologi. Salah satu keluhan yang muncul adalah keterbatasan konten yang tersedia di Apple TV jika dibandingkan Tivo atau Netflix misalnya. Beberapa tayangan seperti serial 'House' tidak tersedia di Apple TV sehingga dianggap mengecewakan.

Sehingga, berikut rekomendasi saya terkait rancangan web. Kategori dibagi layaknya sebuah 'video library' dibanding 'rubrik' di media cetak, seperti berikut ini:

 Animals (wildlife, pets, zoos)
 Nature (forest, rivers, mountains)
 Cultures (west, east, etc.)
 Places (monument, landscapes, historical)
 People (artists, magicians, jobs)
 Culinary/Food (cooks, foods, delicacies)
 Sport (traditional, extreme, hobbies)
 News
 Documentary
 Tutorials
 Entertainment
 Stock Shots
 Video Greetings

Tagline untuk penikmat VoD - “Visons to Empower You”.

Tagline untuk calon pembeli konten premium - “Great Content Starts Here.”

Perlu dijelaskan bahwa di kategori 'animals' akan berisi konten video binatang yang nantinya bisa dirangkai dan diramu kembali menjadi program penuh setengah jam misalnya. Tentu sebagian besar produk yang muncul adalah untuk program anak-anak misalnya. Konten dari 'nature' akan lebih kepada program travel misalnya. 'Culture' lebih kepada tentang kebudayaan sehingga produk turunannya lebih kepada program travel. Sedangkan 'Places' bisa menjadi program sejarah misalnya terutama terkait tempat-tempat bersejarah. 'People' bisa menjadi program pendidikan atau biografi. Sementara 'culinary' atau 'sport' bisa menjadi program yang sifatnya lebih spesifik seperti program masak memasak atau olahraga.

News, documentary, tutorials, entertainment, stock shots dan video greetings adalah layanan premium yang akan dijual ke penyelia konten lain atau penikmat VoD yang berminat. Turunan produknya bisa berupa news wire, full program 13 episode, dvd retail bahkan stock shot untuk film atau lainnya.

Akan sangat bagus bila ada bagian khusus untuk pembelian video lengkap 13 episode. Proses pembayarannya bisa beragam, misalnya kartu kredit atau atm misalnya. Penentuan harganya mungkin bisa juga diperlakukan layaknya RBT. Eceran tapi banyak. Alternatif penetapan harga lain adalah harga retail untuk low-resolution dan harga premium untuk high resolution HD.

Monday, January 24, 2011

BEBAN MENENTUKAN PRESTASI



BEBAN (BANDWIDTH -> UPTO):
- TELKOM FLASH (CDMA) BASIC : 256 kbps (Rp 125.000,-)/BULAN
- TELKOM FLASH (CDMA) ADVANCE : 512 kbps (Rp 225.000,-)/BULAN
- TELKOM FLASH (CDMA) PRO: 3600 kbps (Rp 400.000,-)/BULAN
- INDOSAT IM2 BROOM: 30 kbps (Rp 150.000,-)/BULAN
- XL MEGADATA GIGADATA: 30 kbps (Rp 99.000,-)/BULAN
- FASTNET 384: 384 kbps (Rp 135.000,-)/BULAN
- FASTNET 512: 512 kbps (Rp 195.000,-)/BULAN
- FASTNET 768: 768 kbps (Rp 295.000,-)/BULAN
- FASTNET 1500: 1500 kbps (Rp 595.000,-)/BULAN
- FASTNET 3000: 3000 kbps (Rp 1.195.000,-)/BULAN
- FASTNET SOHO: 1500 kbps (Rp 695.000,-)/BULAN

Berikut contoh tampilan sesuai speed (kbps) tanpa mempertimbangkan kualitas audio masing-masing, menggunakan IM2:












FAKTOR YANG MEMPENGARUHI:
- BANDWIDTH -> FASILITAS JARINGAN PENGGUNA (MAHAL/MURAH)
- BEBAN (KUALITAS VIDEO + AUDIO)->SEMAKIN BAGUS SEMAKIN BERAT
- LOKASI SERVER (LOKAL/LUAR NEGERI)

PLATFORM YANG BISA DIMANFAATKAN

Konten audio visual Kompas TV memiliki peluang untuk dimanfaatkan secara komersil. Ini dimungkinkan karena perkembangan teknologi media ready, seperti misalnya tv dijital, telepon nirkabel dan media tablet. Namun, masing-masing platform memiliki keuntungan dan kerugian terutama dalam kondisi ekonomi seperti saat ini. Di bawah ini merupakan rangkuman peluang pemanfaatan platform untuk memperoleh revenue, berdasarkan observasi yang saya lakukan sebelum masuk KCM.

TELEVISI

- TELEVISI LOKAL

Televisi lokal jelas memerlukan konten program. Keterbatasan kapabilitas televisi lokal untuk membuat program menyebabkan mereka membeli program lama atau menayangkan video klip yang mereka dapatkan dari VCD/DVD bajakan. Tentunya ada beberapa televisi lokal yang cenderung makmur, seperti Bali TV dan Jawa Pos TV, sehingga mereka bisa dengan leluasa membuat program sendiri.

Skema kerjasama yang ditawarkan televisi lokal pada umumnya adalah kerjasama dan keuntungan dibagi berdasarkan pemasukan iklan. Mereka cenderung menolak untuk membeli program. Content Provider atau pembuat konten televisi biasanya menggunakan televisi lokal sebagai eksposur dan bukan mengharapkan programnya untuk dibeli. Diantaranya VOA, Tempo TV dan Astro Awani. Ketiganya tidak mendapatkan revenue/pendapatan langsung dari televisi lokal.

Salah satu ide yang sempat saya kembangkan adalah PROGRAM KNOCK-DOWN. PROGRAM KNOCK-DOWN adalah produk audio visual berupa kelengkapan program yang nantinya bisa di-‘bangun’ sendiri oleh televisi lokal. Seperti misalnya:

• Skrip
• Virtual set
• Bumper In/Out, Short Bumper
• Insert Video
• Graphics
• Music illustration
• Props

Keuntungannya setial tv lokal bisa membuat program itu sesuai dengan ke-khasan masing-masing. Harga pembelian untuk 13 episode pun menjadi jauh lebih murah. Biaya pembuatannya pun bisa di-‘tekan’ karena tak memerlukan presenter atau set yang dibuat terlebih dahulu.

- TELEVISI NETWORK (SOON TO BE)

Untuk televisi network (seperti misalnya TV One, RCTI, etc) sejauh ini hanya ada beberapa yang menerima pembelian produk dari luar (alias commissioning). Antara lain Metro TV, TV One dan Trans TV. Saat ini yang sedang gencar-gencarnya mencari produk dari luar adalah TV One (bagian programming sedang men-develop program dokumenter dengan kualitas produksi tinggi hingga bujet per episode-nya mencapai 50 juta rupiah dan produksinya terbuka untuk PH). Contoh program dari luar yang tayang di Metro TV seperti i-Witness dan program otomotif.

Kendala terbesar dari televisi network adalah masalah lolos QC dan rating. Jika lolos QC tapi lalu ratingnya dianggap buruk, maka program itu tidak akan bertahan lama. Contoh kasus adalah program Kafe Finansial yang hanya tayang sebanyak 6 episode di TV One.

- TELEVISI BERBAYAR

Sejauh ini, First Media terus berupaya membuat news channel. Sementara Indovision telah menayangkan konten hasil produksi MNC. Antara lain channel news dan musik.

Telkomvision di lain pihak sangat terbuka dengan proposal kerjasama dari pihak ketiga. Sejumlah kerjasama yang sempat ditawarkan Astro Awani berkaitan dengan channel bisnis, pembuatan program olahraga dan mobile content (untuk telkomsel).

Televisi berbayar AORA juga kabarnya akan segera menandatangai MOU dengan investor yang memungkinkan mereka menyajikan 60 channel.

DVD RELEASE

- DVD RETAIL

Sejumlah DVD retail yang sifatnya non-hiburan ternyata juga banyak dibeli konsumen. Seperti misalnya seri National Geographic dan seri BBC documentaries. Memang rawan bajakan, tapi selama ini bukan hiburan komersial (alias hollywood/bollywood/indowood) saya pikir pasar retail tetap menjadi pasar yang menarik untuk dijajaki.

- DVD SUPLEMEN

Selama ini hanya majalah PC Media yang memberikan DVD suplemen. Padahal DVD suplemen dengan konten audio visual juga menarik untuk dijadikan DVD suplemen majalah. Sejumlah proposal yang sempat saya buat antara lain untuk majalah musik (sejalan dengan program showbiz) dan majalah teknologi (kontennya bisa berupa ‘tips & trick’ atau ‘how to’). Tapi perlu diperhatikan bahwa prinsipnya apa yang tayang di Kompas TV bisa kemudian menjadi produk dalam bentuk lain pada platform yang berbeda. Sehingga tidak ada program/tayangan/visual yang hanya digunakan/ditayangkan sekali dan bisa terus menghasilkan revenue.

TELEVISI DIJITAL

Setidaknya ada dua kelompok besar produk turunan televisi dijital, yaitu: IPTV dan Hand Phone.

- IPTV

IPTV merupakan TV menggunakan jaringan Internet Protocol. Jadi siarannya hanya mungkin menggunakan jaringa internet. Ini dimungkinkan menggunakan Set Top Box. Sejauh ini LG sudah meluncurkan Set Top Box produksinya. Salah satu keunggulan Set Top Box adalah memungkinkan untuk merekam program tertentu dan siap untuk di-‘playback’ ketika pemiliknya tiba di rumah.

- HANDPHONE/PDA

Handphone saat ini tidak banyak menjadi platform audio visual kecuali yang ‘media ready’ seperti i-Phone 3G, Blackberry Storm dan PDA berbasis OS windows-mobile. Pada umumnya pengguna men-download konten audio visual menggunakan PC/laptop sebelum memindahkannya ke handphone/PDA untuk ditonton saat menunggu dokter gigi dan lain sebagainya. Kalau bicara konten audio visual pada perangkat bergerak berarti dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu online dan offline:

• Online

YouTube dengan mudah dinikmati di i-Phone 3G. Sedangkan pada perangkat Blackberry tidak bisa dinikmati karena BB tidak men-support flash player. PDA bisa dengan mudah dinikmati menggunakan player video streaming, tapi kualitasnya tak terlalu bagus. Dengan demikian, layanan yang ditawarkan sejalan dengan konsep Video On Demand. Skema revenuenya jika dilihat dari Zulu adalah menawarkan konten yang gratis tapi juga menawarkan skema PREMIUM dengan konten-konten premium dan tidak tersedia di bagian konten gratis. Skema PREMIUM bisa berlangganan ‘unlimited download’ atau bayar per satuan konten.

• Offline

Contoh layanan ‘offline’ adalah layanan yang ditawarkan RealPlayer. Mereka mengharuskan pengguna untuk me-register nomer kartu kreditnya dulu sebelum menggunakan layanan gratisnya sehingga setiap saat pengguna hendak men-download film tertentu tagihannya otomatis masuk ke kartu kredit.

Contoh lainnya adalah NetFlix. Yang menarik dari NetFlix adalah mereka memberikan layanan download melalui perangkat Xbox 360.

Produk ‘offline’ bukan hanya monopoli perangkat hand-phone tapi juga operator telepon selular. Contohnya adalah WAP Indosat maupun WAP Telkom 3G. Pelanggan operator itu bisa mendownload konten mobile sesukanya melalui WAP.

MEDIA PLAYER

- I-POD/ I-PAD

I-Pod/ I-Pad memberikan layanan download konten audio visual melalui situsnya. Konten yang di-download bisa langsung dimasukkan ke dalam I-Pod.

- ARCHOS

Selain I-Pod ada lagi produk media tablet yaitu Archos. Archos memang di-desain sebagai perangkat ‘playback’ layaknya I-Pod. Yang menarik adalah Archos bisa terhubung dengan jaringan internet (menggunakan perangkat tambahan) sehingga bisa menonton YouTube maupun Google Video di perangkat itu. Archos juga bisa disambungkan ke televisi sehingga bisa menikmati konten audio visual di layar televisi di rumah, selain menggunakannya saat bepergian.

TELEVISI LUAR NEGERI:

Sejumlah perusahaan content provider luar negeri memiliki channel-nya sendiri dan menjualnya sebagai bagian dari konten televisi berbayar. Antara lain Asia Food Channel (First Media & Indovision), Discovery Travel & Living, Animal Planet dan National Geographic.

Konten dalam Asia Food Channel kebanyakan dibuat perusahaan Singapura dan India. Programnya berkaitan dengan makanan di kawasan Asia Tenggara seperti Thailand dan Singapura seperti di Asia Selatan seperti India. Program yang menggunakan presenter Malaysia dan menyajikan makanan khas Malaysia ada di channel ini. Tapi program dengan presenter Indonesia dan makanan khas Indonesia tidak ada. Artinya program Kompas TV yang sifatnya kuliner bisa menjadi produk menarik bagi channel ini.

Begitu juga dengan channel Discovery Travel & Living. Tapi cakupannya jauh lebih luas, sehingga tidak hanya meliputi makanan tapi juga alam. Saya sempat menjajaki kemungkinan ini dengan mendaftar sebagai ‘possible program supplier’ pada situs khusus untuk produser dari Discovery Travel & Living. Tapi ada kabar bahwa sulit sekali memasukkan program melalui situs ini. Kabarnya ide yang masuk melalui situs itu belakangan digarap oleh tim produksi dari perusahaan penyedia jasa produksi luar negeri di Indonesia seperti Asia Works dan In-Focus. Jadi tidak jatuh ke produser yang mengajukan ide program melalui situs itu.

Animal Planet merupakan bagian dari network Discovery Travel & Living. Sementara kekayaan alam Indonesia yang tayang di National Geographic, kebanyakan digarap oleh Allan Compost.

Selain itu tentunya adalah kantor berita seperti APTN & Reuters. Peluang kebutuhan konten dari Indonesia di tingkat regional saya pikir cukup kuat. Mungkin perlu menjajaki kebutuhan informasi dari Indonesia untuk negara seperti Vietnam, Singapura, Filipina, Brunei Darussalam dan Malaysia.

KONSEPTUALISASI PROGRAM INTERNET TV

Platform : Situs internet TV
Rasio ukuran layar : 16:9
Format : Live streaming dan Video On Demand
Durasi : 30 menit dan 2 menit

Konten dari iNTERNET TV jelas merupakan materi audio visual. Konsep dasar INTERNET TV yang baru adalah internet tv sebagai platform. Apa bedanya internet TV dengan tayangan televisi bebas bayar dan televisi berbayar? Tidak ada bedanya. Karena internet TV adalah tayangan televisi yang ditayangkan menggunakan saluran jaringan internet. Di Indonesia saat ini sudah banyak situs yang menawarkan layanan tv internet. Sejumlah situs tv streaming Indonesia antara lain adalah www.mivo.tv, www.indoweb.tv dan www.jakartacityview.com.

Tak bisa dipungkiri tv internet memiliki keterbatasan yaitu ketergantungannya terhadap jaringan internet. Semakin kuat jaringannya, pengunjung situs semakin bisa menikmati tv internet. Jika jaringan yang digunakan bukan jaringan pita lebar atau broadband tentunya kelancaran tayangan untuk disaksikan pengunjung situs akan terganggu. Pengalaman atau ‘experience’ dari pengunjung situs saat menonton tv streaming menjadi seperti ‘stop’ and ‘go’.



Diagram 1: TV Streaming – Mivo TV

Itulah tantangan sekaligus keunggulan yang diharapkan bisa tercapai untuk INTERNET TV. Sehingga target audiens dari INTERNET TV adalah bukan pengguna broadband melainkan pengguna internet dengan layanan di bawah layanan broadband. Pemikirannya adalah semakin tayangan INTERNET TV bisa dinikmati tanpa menggunakan jaringan broadband semakin luas penontonnya.

Namun, INTERNET TV tidak hanya menawarkan internet tv. INTERNET TV juga menawarkan dua fitur utama lainnya, yaitu Video On Demand dan Multi Media. Prinsipnya adalah konten internet tv usai ditayangkan akan di-archive atau disimpan tapi bisa disaksikan kembali kapan saja dalam fitur Archive Show dan bagian tertentu dari program akan dicacah untuk menjadi konten video yang bisa dinikmati secara terpisah. Konten video ‘pecahan’ itu akan menjadi konten Video On Demand.



Diagram 2: Archive Show – NDTV (New Delvi Television)

Fitur Video On Demand pada intinya adalah katalog video yang bisa di-akses pengunjung situs. Pengunjung bisa dengan aktif memilih tayangan apa yang diinginkannya, sehingga fitur ini bertolak belakang dengan internet tv (tv streaming) yang cenderung dinikmati secara pasif oleh pengunjung. Tapi konten Video On Demand memiliki kendala yang sama dengan internet tv, yaitu keterbatasan kemampuan jaringan internet.



Diagram 3: Video On Demand – MSN videos

Situs Video On Demand yang paling banyak diakses pengunjung situs internet antara lain You Tube, Zulu dan MSN video. Karakteristik dari situs Video On Demand ini adalah pengunjung situs bisa menikmati konten video secara ‘online’ dan ‘ofline’. Artinya jika konten video dinikmati saat terhubung dengan internet maka konten video itu dinikmati secara ‘online’. Sedangkan jika konten video dinikmati pasca proses unduh, maka konten video itu dinikmati secara ‘offline’. Netflix adalah salah satu situs yang menawarkan konten video secara ‘offline’.

Keduanya merupakan bentuk yang inferior dibanding televisi dalam hal kepuasan menikmatinya karena penonton terhambat saat menikmatinya. Konten video ‘online’ berjalan tersendat-sendat ketika terhubung dengan jaringan internet bukan broadband. Sedangkan konten ‘offlline’ harus unduh atau ‘download’ selama beberapa menit sebelum bisa dinikmati.

Untuk mengatasi hambatan itu, jalan keluarnya adalah membuat proses menunggu (baik karena tersendat maupun karena perlu waktu mengunduh) harus dibuat senyaman mungkin. Caranya dengan membatasi durasi konten audio visual Video On Demand. Melalui proses uji coba pada situs portal video berita www.astroawani.co.id maka disimpulkan durasi ideal untuk konten Video On Demand adalah 2 menit. Alasannya karena paket berita minimal berdurasi 1 menit lebih. Durasi 2 menit dipilih agar bisa lebih leluasa dalam mengeksplorasi gambar dan cerita, tapi juga sekaligus bisa membuat penonton nyaman dalam menontonnya. Selain itu, durasi 2 menit dianggap ideal karena proses loading gambar akan ‘terlihat’ cukup cepat di layar sehingga tidak menguji kesabaran penonton.



Note: Keterkaitan durasi yang lebih pendek sehingga proses loading lebih mudah belum sepenuhnya terbukti karena sebenarnya kondisi jaringan broadband memiliki pengaruh sama baik terhadap konten berdurasi pendek atau panjang. Pemahamannya adalah jika jaringan broadband dalam kondisi padat, tingkat kenyamanan penonton menyaksikan live streaming tetap akan sama terhadap konten berdurasi 2 atau 30 menit.

Terlepas dari durasi konten Video On Demand maksimal 2 menit, proses produksi harus didasari program televisi dengan kelipatan 30 menit terlebih dahulu sebelum dipecah menjadi konten audio visual berdurasi lebih pendek. Karena konten awalnya akan ditayangkan di internet tv sebelum dipecah menjadi konten Video On Demand.



Diagram 5 menjelaskan bahwa program televisi berdurasi 30 menit dibuat sebagai konten yang potensial untuk platform televisi bebas bayar, televisi berbayar dan internet tv. Tapi untuk saat ini platform televisi bebas bayar dan televisi berbayar bukanlah prioritas INTERNET TV. Sehingga saat ini program televisi dibuat untuk memasok konten untuk internet tv melalui tayangan live streaming.

Program itu lalu dipecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil atau pendek durasinya untuk memasok konten Video On Demand baik ‘online’ maupun ‘offline’. Pemecahan program dilakukan berdasarkan unsur atau elemen yang terkandung dalam program itu. Elemen-elemen yang menjadi bagian dari program televisi pada dasarnya baku.

PENJADWALAN UNTUK MEMETAKAN PROGRAM SESUAI TARGET AUDIENS

Penjadwalan merupakan bagian penting dalam pembuatan program karena dengan penjadwalan program perencanaan produksi program menjadi lebih mengerucut dan spesifik. Misalnya penentuan target audiens untuk program otomotif bukan hanya pada tahapan penggemar otomotif, tapi sudah menjadi penggemar otomotif antara usia 20 s/d 30 tahun, atau penggemar otomotif di atas 30 tahun. Dengan demikian pendekatan terhadap program menjadi lebih spesifik.

Selain itu, kegunaannya adalah penentuan prioritas penjadwalan program khususnya pada tahap awal pembuatan internet TV. Misalnya di tahap awal internet tv penjadwalan dibuat saat ‘peak hours’ situs berita terkait untuk melihat seberapa jauh pengunjung berita dot com tertarik mencoba internet tv. Karena penjadwalan dibuat saat peak hours maka data yang terkumpul dari kunjungan situs menjadi ‘bench mark’ yang harus dipertahankan. Teorinya adalah jumlah pengunjung internet tv saat ‘peak hours’ kompas.com merupakan indikator kuat keberhasilan internet tv, sehingga jumlah pengunjung saat ‘peak hours’ itu menjadi patokan jumlah pengunjung yang harus dikejar pada jam-jam lainnya.

Berbeda dengan perilaku menonton televisi bebas bayar, penonton internet tv bergantung pada saat pengguna internet berada di depan monitor komputer. Jam atau waktu saat pengguna internet berada di depan komputer menjadi salah satu pertimbangan saat menentukan jadwal program. Kemudian perilaku pengguna internet dipecah menjadi berbagai kelompok masyarakat seperti laki-laki dan perempuan, bekerja atau tidak bekerja, tua dan muda, di bawah 20 tahun atau di atas 20 tahun serta pengguna aktif kartu kredit di internet atau tidak. Yang terakhir menentukan ‘buying power’ dari penonton internet tv. Karena jika sekedar memiliki ‘buying power’ tapi tidak memiliki kebiasaan menggunakan kartu kredit di internet dampaknya terhadap situs akan sama saja.

Penjadwalan atau ‘programming’ dibuat secara berlapis. Lapisan pertama merupakan program bulletin. Program bulletin merupakan prioritas pertama karena program bulletin merupakan ‘showcase’ dari internet tv. Program bulletin menjadi produk andalan internet tv sebagai sebuah media pemberitaan. Sehingga program bulletin per hari dalam sepekan disebar sesuai batasan waktu tertentu, misalnya antara pukul 7 pagi s/d pukul 1 siang. Idealnya programming memang dibuat untuk siaran 24 jam seperti layaknya sebuah channel berita 24 jam. Tapi sah saja jika di awal tahap pembuatan di batasi hanya beberapa jam.

Kemudian lapisan kedua merupakan program non bulletin. Program bulletin ditempatkan sesuai dengan saat dimana target audiensnya berada di depan komputer. Misalnya program otomotif untuk penggemar otomotif antara usia 20 s/d 30 tahun sengaja ditayangkan setelah pukul sembilan pagi karena asumsinya mereka lebih mungkin berada di depan komputer pada jam itu.

Lalu, lapisan ketiga adalah program yang dibeli (akuisisi) atau dipesan (commissioning). Program pesanan atau ‘commissioning’ adalah program yang minta dibuatkan Production House dengan supervisi dari pemesan. Jika lapisan pertama dan kedua telah terisi, yang dilakukan seorang programmer hanya menentukan jenis program yang harus ada di antara program bulletin serta non bulletin sesuai dengan peta perilaku menonton pemirsa internet tv. Jika misalnya antara pukul 8 pagi s/d pukul 10 pagi adalah ibu rumah tangga maka program yang ditayangkan pada jam itu adalah program yang disukai ibu rumah tangga dengan tingkat intelejensi cukup tinggi serta pelanggan layanan internet.



KESIMPULAN

Pemetaan pengunjung sebuah situs berita dalam sehari diperlukan pada tahap pembuatan internet tv. Pemetaan pengunjung situs internet tidak hanya diperlukan untuk memudahkan pembuatan program tapi juga berfungsi untuk menentukan keperluan kapabilitas produksi sampai batas waktu tertentu. Misalnya untuk 3 bulan mendatang karena hanya akan siaran 6 jam setiap hari dengan asumsi penayangan 4 program produksi sendiri maka diperlukan kapabilitas produksi setidaknya x jumlah campers (kameramen) dan x jumlah produser. Untuk 3 bulan berikutnya, jam tayang akan ditingkatkan menjadi 8 jam sehari dengan asumsi x program produksi sendiri dan seterusnya.

Penilaian yang dilakukan Alexa untuk menentukan keberhasilan situs (dinilai berdasarkan hit atau jumlah pengunjung sesuai rubrik) belum cukup untuk memetakan pengunjung situs internet terkait jender, usia dan status ekonominya. Penilaian Alexa hanya bisa digunakan untuk menentukan ‘peak hours’. Sedangkan penilaian berdasarkan rubrik tidak sepenuhnya mencerminkan ketiga hal tadi. Misalnya rubrik ‘Perempuan’ tentunya dikunjungi sebagian besar pengguna internet perempuan, tapi tidak menutup kemungkinan pengunjungnya adalah laki-laki karena indikator untuk itu tidak cukup hanya berdasarkan rubrik. Perlu dilakukan survey untuk memetakan peta pengunjung internet tv.

PROSES PRODUKSI BERITA TELEVISI

Produksi berita televisi dilakukan sesuai SOP (standard operating procedure) produksi konten audio visual lainnya seperti film dan televisi. Sejumlah tahapan yang umum dalam industri audio visual harus dilalui untuk menghasilkan produk audio visual yang sesuai standar. Tahapan itu adalah:
- Pra Produksi
- Produksi
- Pasca Produksi

Idealnya tahapan-tahapan di atas dijalani secara berurutan. Artinya tahapan pertama harus selesai sebelum bisa melanjutkan ke tahapan berikutnya. Namun, berbeda dengan proses produksi sinetron atau film, produksi berita televisi dilakukan dengan cepat. Bahkan pada situasi tertentu tahapan satu dengan lainnya dilakukan secara bersamaan, sehingga tidak menunggu tahapan satu selesai sebelum bisa memulai tahapan selanjutnya.

Perbedaan lainnya adalah materi audio visual yang diburu. Produksi berita televisi memanfaatkan audio visual seperti apa adanya dan tanpa manipulasi. Sehingga pengambilan gambarnya pun dilakukan ‘as it happen’ atau saat sebuah peristiwa sedang berlangsung. Berikut adalah tahapan produksi pembuatan berita televisi.

PRA PRODUKSI

Tahap Pra Produksi dipahami sama baik di industri film, televisi maupun lainnya. Tahapan ini adalah tahapan dimana perencanaan dan detil petunjuk pelaksanaan produksi konten audio visual dibuat. Misalnya perencanaan pengambilan gambar berdasarkan interpretasi sutradara film terhadap skenario yang digarapnya dibuat menggunakan papan gambar atau ‘story board’. Setiap detil sudut pengambilan gambar dibuat sketsanya sehingga saat pelaksanaan Director of Photography (DOP) memiliki panduan dalam mengatur shot.

Tapi dalam produksi berita harian televisi tidak perlu sampai seperti itu. Beberapa hal yang biasa dilakukan pada tahap pra produksi antara lain adalah riset dan daftar harapan atau WISHLIST. WISHLIST adalah daftar sejumlah hal yang diharapkan diperoleh tim liputan saat berada di lapangan. Salah satu unsur dalam WISHLIST adalah urutan VISUAL/SHOT LIST. VISUAL/SHOT LIST adalah urutan gambar yang diinginkan produser sehingga bisa dikatakan bahwa ini merupakan bentuk sederhana dari STORYBOARD. WISHLIST juga seringkali disamakan dengan TOR atau Terms Of Reference.

CONTOH WISHLIST:

WISH LIST 1

REP/CAM : ULUNG/ AMRUL
LOCATION : DEPOK
DURATION :
DEADLINE :
PROGRAM : TELAAH
PRODUSER : BHAYU SUGARDA

BACKGROUND:

Maraknya perselingkuhan menjadi salah satu yang mendorong orang untuk menyewa detektif swasta. Selain itu status pernikahan yang seringkali disembunyikan juga menjadi penyebab lainnya. Namun, yang menarik adalah detektif swasta marak di perkotaan. Apa kaitannya antara perselngkuhan dengan perkotaan? Apakah kehidupan perkotaan yang begitu individualistis yang mendorong orang untuk berselingkuh? Apakah benar masyarakat perkotaan lebih cenderung untuk melakukan perselingkuhan?

NARASUMBER : ERNA KARIN, SOSIOLOG

SOUNDBYTE TARGET:
“Perselingkuhan memang banyak terjadi di perkotaan. Jarangnya bertemu dan sifat individualistis yang kerap melanda masyarakat perkotaan juga mendorong ini terjadi...”

“Tekanan di tengah sosial masyarakat materialistis juga mendorong ini terjadi..sehingga orang cenderung menyembunyikan apa yang dianggap tidak lazim dari masyarakat...”

“kesibukan masyarakat perkotaan, karier, juga memicu orang untuk sulit berinteraksi dengan pasangan. Akhirnya yang muncul adalah kekecewaan dan pelarian...”

DATA TARGET:
• data perselingkuhan tahun 2008
• data perkawinan di bawah tangan/siri tahun 2008

VISUAL/SHOT LIST:
• set up sosiolog di tengah masyarakat yang penuh kesibukan
• format wawancara yang suram kalo bisa dipertahankan – tapi wajahnya jangan disembunyikan...hehehhe.

WISH LIST 2

REP/CAM : ASTI/ IGUN
LOCATION : PANCORAN
DURATION :
DEADLINE :
PROGRAM : TELAAH
PRODUSER : BHAYU SUGARDA

BACKGROUND:

BODY GUARD ada yang profesional dengan sejumlah skill yang memang diperlukan dalam bertugas. Seperti bela diri, penggunaan senjata api, dll. Tapi ada sebagian yang menanganggap enteng pekerjaan sebagai body guard. Padahal ada seni dibalik itu.
NARA SUMBER: Satpam yang menawarkan jasa pengamanan pribadi atau body guard

SOUNDBYTE TARGET:
“yah saya pikir pengalaman sebagai satpam cukup untuk menjadi body guard. Karena saya bisa bela diri...lagipula saya khan punya sertifikat satpam!”
“Kalo ada orang yang macam2 saya pake jurus ini...ciaaaaat”
“sejauh ini klien saya tidak pernah mengeluh. Bahkan saya pun sering diminta menjaga pak RT dan acara besar lainnya seperti 17 agustusan...”
“kalo saya berhadapan dengan preman saya tidak takut...saya tidak perlu senjata...karena saya khan punya jimat ini nih...”

DATA TARGET:
• Berapa lama bekerja sebagai satpam?
• Berapa banyak kliennya sejauh ini?
• Sudah menjadi body guard berapa lama?
• Siapa saja kliennya?
• Tarifnya berapa?

VISUAL/SHOT LIST:
• visual dia latihan
• visual dia lagi bertugas
• visual dia lagi berkumpul bersama satpam tempat dia bekerja dulu

Untuk sebuah laporan mendalam dengan durasi 30 menit, WISHLIST dibuat berdasarkan porsi dari liputan mendalam itu yang akan dilakukan keesokan harinya. Sehingga WISHLIST yang dibuat bisa lebih dari satu dan satu WISHLIST bisa melengkapi WISHLIST lainnya. Satu SEGMEN bisa dibuat dengan 4 atau 5 wishlist.

PRODUKSI


Rencana yang dibuat dengan WIHSLIST bisa jadi berbeda dengan kondisi lapangan. Misalnya nara sumber yang ditargetkan untuk menjadi tokoh utama cerita ternyata tidak seperti yang dibayangkan. Belum lagi apabila terjadi perkembangan lain yang jauh lebih menarik. Jika ini terjadi maka seorang Produser harus memiliki alternatif rencana sehingga proses produksi tetap bisa berjalan tanpa membuang biaya percuma.
Biasanya 1 WISHLIST bisa diselesaikan dalam waktu sehari. Untuk liputan harian, hasil liputan memiliki target untuk ditayangkan pada program berita harian terdekat. Misalnya liputan pagi akan ditayangkan untuk program berita sore. Sedangkan hasil liputan siang untuk program berita harian malam. Sementara untuk laporan mendalam, liputan yang belum selesai karena satu dan lain hal bisa dilanjutkan keesokan harinya.

Berkaitan dengan lama produksi tim liputan dalam sehari, aturan yang berlaku mengikuti aturan umum karyawan yaitu sekitar 9 jam. Jam bekerja itu sudah termasuk proses membuat ‘rough-cut’ atau edit kasar dari hasil liputan bagi campers dan skrip bagi reporter, sehingga memudahkan editor yang akan meng-edit hasil liputan. Skrip akan di-edit oleh produser dan audio visual akan di-edit oleh editor visual. Dengan demikian produksi di lapangan otomatis hanya sekitar 5 s/d 6 jam. Karena itu perencanaan perlu dibuat sematang mungkin sehingga pada saat pelaksanaannya semua berjalan lancar dan hasilnya memuaskan.

PASCA PRODUKSI

Pada tahapan ini, skrip yang telah di-edit produser dan ‘rough cut’ buatan campers akan diserahkan kepada editor visual. Reporter akan mendampingi editor untuk membantu ‘dubbing’ atau membacakan narasi serta mendampinginya meng-edit hasil liputan. Pendampingan ini perlu agar laporan akurat baik secara narasi maupun secara audio-visual. Hasil akhir akan di-preview oleh produser sebelum akhirnya tayang. Jika ada perbaikan produser berhak meminta editor dan reporter untuk mengedit ulang laporan itu.

Sementara untuk laporan mendalam, hasil liputan reporter diserahkan kepada produser. ‘Rough cut’ buatan campers diserahkan ke editor dan skrip diserahkan ke produser untuk diolah lebih lanjut menjadi tayangan yang koheren selama 30 menit. Untuk laporan mendalam selama 30 menit lama proses produksi (pra, produksi dan pasca produksi) bisa menghabiskan waktu 2 pekan atau 14 hari.

STEP BY STEP PRODUKSI LAPORAN MENDALAM

Tahapannya kurang lebih sebagai berikut:

PRA PRODUKSI

Hari 1:

Riset topik laporan mendalam untuk pitching saat rapat redaksi. Sejumlah ide topik disiapkan produser untuk dibahas lebih jauh dalam rapat redaksi. Supervising editor dan Pemred turut menghadiri rapat itu dan kemudian memutuskan topik yang akan digarap menjadi laporan mendalam.

Hari 2:

Riset mendalam dilakukan produser bersama dengan reporter. Tujuannya agar reporter mengerti betul arah dan tujuan liputan mendalam sebuah topik tertentu. Sehingga reporter tidak lagi bingung apa yang harus dilakukannya saat berada di lapangan. Selain itu, reporter menjadi lebih terlibat dalam membangun ‘story’ dan menjadi lebih peka terhadap dinamika lapangan.

Hari 3:

Produser bekerjasama dengan reporter mulai menentukan nara sumber serta pemilihan ‘human example’ atau tokoh utama laporan mendalam itu. Setelah pemilihan nara sumber telah disepakati, reporter menghubungi nara sumber untuk membuat janji liputan keesokan harinya. Sementara produser sudah mulai merangkai cerita dan mempersiapkan WISHLIST liputan.

PRODUKSI

Hari 4 s/d 10

Liputan dilakukan selama 7 hari. Hampir setiap hari reporter membuat laporan hasil liputannya dan menyerahkannya kepada produser. Produser dan reporter juga membahas lebih jauh perkembangan di lapangan sebelum menentukan liputan keesokan harinya. Sementara campers mengumpulkan hasil ‘rough cut’ liputannya di tempat penyimpanan yang telah ditentukan sebelumnya. Selama itu produser akan mengawasi serta mengevaluasi hasil liputan sehingga bisa memutuskan apakah hasilnya sudah sesuai dengan yang diharapkan atau tidak. Perlu dicatat proses produksi tidak harus 7 hari kerja karena itu tergantung seberapa jauh laporan yang diinginkan.

PASCA PRODUKSI

Hari 11 s/d 12

Dua hari terakhir produksi digunakan untuk melengkapi audio visual. Misalnya gambar cantik alias ‘beauty shot’, sekuen pembuka tayangan atau sekuen sebagai ‘bridging’ atau sekuen yang menjembatani satu bagian cerita ke bagian lainnya.

Hari 11 s/d 14

Sementara proses editing sudah berjalan. Pada hari ke-11 editor akan mem-preview gambar yang telah terkumpul dan memastikan semua gambar yang dibutuhkan skrip telah tersedia. Editor juga mengidentifikasi jika ada gambar yang kurang dan perlu ‘shot’ tambahan. Pada hari ke-12, editor sudah mulai melakukan proses editing. Proses editing akan didampingi oleh produser. Produser juga berkewajiban memberikan segala kelengkapan yang dibutukan editor dalam bekerja, seperti misalnya grafik dan ilustrasi musik.

CONTOH SKRIP LAPORAN MENDALAM