Monday, July 14, 2008

Editing In-Camera (2)

Kemungkinannya adalah sebagai berikut:

A> Sequence yang sudah diambil kamera person menjadi tidak penting ketika ada peristiwa selanjutnya yang jauh lebih menarik dan kamera person terpaksa mengambil sequence baru. Bayangkan jika kejadian itu terjadi beberapa kali misalnya, akhirnya bahan mentah yang dimiliki kamera person menjadi berlebihan.

Contoh:

(Block Sequence I)

- obyek orang in masuk dapur melalui pintu (LS)
- obyek orang membuka lemari es (CU)
- obyek orang mengambil makanan (MS)
- obyek orang meletakkannya di piring (MCU)
- obyek orang duduk di meja makan (MS)
- obyek orang makan (BCU)


(Block Sequence II)

- obyek orang berdiri dari kursi dan beranjak dari meja makan (MS)
- obyek orang berjalan menuju ruang TV (CU)
- setibanya di ruang TV, obyek orang bertemu dengan istri dan dua anaknya (LS)
- perbincangan mesra antara obyek orang dengan istrinya terjadi (2 SHOT)
- si obyek orang dikerubungi ketiga anaknya yang ingin mengajak bermain (MCU)
- obyek orang akhirya mengajak ketiga anaknya bermain di halaman (MS)

(Block Sequence III)

- obyek orang bermain lempar-lemparan bola dengan anak2nya (LS)
- salah satu anaknya tak mampu menangkap bola dan kepalanya terbentur bola (MCU)
- si anak menangis keras dan menyalahkan kakaknya (CHANGE FOCUS)
- kakaknya marah dan mendorong adiknya (MS PAN RIGHT)
- obyek orang berusaha melerai kedua anaknya itu (THREE SHOT)
- sementara si bungsu hanya menonton sembari menggaruk kepalanya (BCU)

Dari ketiga block sequence itu, kira-kira yang lebih menarik tentunya yang ketiga karena lebih dramatis gambarnya dibanding lainnya. Untuk setiap block sequence itu, kamera person telah melakukan "Editing in Camera", namun, tidak semua block sequence terpakai jadinya. Karena editor tentunya akan mengambil gambar yang paling dramatis. Waktu yang digunakan untuk me-rough cut pun menjadi lebih lama karena ada 3 block sequence yang harus di rough cut.

Disinilah peran 'reporter'. Pada saat di lapangan, reporter perlu bekerjasama dengan kamera person, agar kamera person bisa mengambil gambar dengan efektif. Bekerjasama dalam arti, tau gambar apa yang akan digunakan dalam story-nya dan yang tidak, sehingga kamera person bekerja lebih efektif alias tidak mengambil gambar yang tidak perlu. Dalam contoh di atas tadi jelas yang tidak perlu diambil kamera person adalah block sequence ambil makanan dari kulkas dan memakannya di meja makan.

Reporter juga perlu tahu apa yang "akan" terjadi dalam beberapa jam ke depan. Istilahnya "foresight". Tidak perlu jadi ahli nujum, tapi logika pun cukup untuk melakukan itu. Misalnya, liputan sidang pengadilan, saat saksi masuk ruang sidang, yang akan terjadi adalah:

- saksi masuk ruangan sidang
- melewati batas antara pengunjung sidang dan ruang di depan meja hakim
- saksi duduk di kursi saksi
- saksi berdiri untuk diambil sumpahnya
- saksi kembali duduk di kursi

jika liputan kriminal misalnya, mendengar info ada mayat, biasanya yang terjadi pada mayat itu adalah:

- warga setempat menemukan mayat
- warga melaporkan ke polisi melalyu telepon
- petugas spk (sentra pelayanan kemasyarakatan) menerima telepon dan mencatat informasinya
- petugas spk melaporkannya kepada petugas patroli
- petugas patroli meluncur ke tkp
- petugas patroli tiba di tkp dan menilai kondisinya
- petugas patroli memberitahu dinas pemakaman (jika mayat tidak dikenal)
- petugas dinas pemakaman meluncur ke tkp
- mayat dibawa petugas dinas pemakaman ke rscm
- mayat tiba di rscm dan diletakkan di tenpat tidur beroda di depan ruang otopsi sambil menunggu proses administrasi
- setelah itu mayat dibawa masuk ke ruang otopsi untuk di-visum luar saja
- mayat lalu dibawa ke ruangan pendingin untuk disimpan

Apakah Anda akan mengambil sequence keseluruhan peristiwa di atas? Tentunya tidak. Reporter-lah yang memutuskan kira-kira gambar yang mana yang lebih menarik dari peristiwa panjang itu dan pelaksanaan teknis di lapangan - alias bagaimana mendapatkan gambar yang diinginkan. Khusus untuk VJ, memang perlu waktu untuk memahami bagaimana sebuah peristiwa itu berjalan karena kita kan bisa karena biasa. Hehehe. Piss.

B> Wawancara yang panjang. Ini sangat memengaruhi lama proses rough cut. Karena perlu waktu untuk mencari soundbyte yang pas untuk paket berita yang akan dibuat. Biasakan wawancara dengan tiga pertanyaan efektif - yaitu 3 pertanyaan yang bisa memunculkan ekspresi si nara sumber. Tentunya wawancara nara sumber usai pemeriksaan KPK tidak termasuk dalam kategori itu. Hehehe, you get what you can get gitu loooh.

C> Tidak "One Take" saat mengambil gambar generik seperti 'establishing shot' dan suasana di lokasi. Kelihatannya kecil tapi kalo sering dilakukan tentunya akan berakibat pada durasi bahan mentah yang berlebihan dan memaksa kamera person untuk memilih beberapa (misalnya 5) dari sekian banyak shot (20 shot misalnya) yang sebenarnya tidak terlalu penting. Apakah itu karena komposisinya yang dirasa kurang sempurna atau ada angle yang lebih menarik, usahakan untuk membatasi eksperimentasi gambar dengan moderat - artinya bukan gak boleh retake, tapi batasi sebanyak tiga kali misalnya. Setelah itu kalo mau retake lagi, mikir 3 kali sebelum melakukannya gituh.

D> Lakukan manajemen waktu dengan baik. Ini khususnya untuk VJ. Selalu proyeksikan waktu yang diperlukan untuk me-rough cut dan menulis naskah - sebelum hasilnya bisa ditangani editor dan ditayangkan dalam program. Beri batasan waktu untuk setiap langkah tadi - karena itulah yang namanya deadline. Tentukan batasan waktu itu, dengan jam tayang program terdekat. Misalnya tulis naskah di mobil, sambil menunggu ingest gambar atau menunggu giliran menggunakan komputer berkoordinasi dengan produser tentang paket yang akan dikerjakan, usai ingest langsung mengesampingkan sejenak gambar yang tidak digunakan untuk program terdekat dan fokus pada gambar yang akan dipakai, dan seterusnya.

Huaaaam...mau bobo. Mohon masukannya dari teman-teman VJ dan kamera person.

Semoga bermanfaat.

Bhayu Sugarda

No comments: